Bertemu Buya Syakur
Hari ini pertemuan yang dinanti itu datang juga. Bersama seorang tokoh ulama kharismatik asal Indramayu perbatasan Cirebon : Prof. Dr. Buya Syakur Yasin MA.
Dalam sebulan terakhir ini, saya mengikuti tausyiah beliau di chanel youtube. Jika ada pembaca yang mau menontonnya, silahkan klik tautan ini. Untuk seorang ulama ahli tasawuf, jumlah subsrciber 400 ribu lebih adalah sebuah keajaiban. Biasanya medsos semacam youtube didominasi ulama ahli fiqih, yang membahas ibadah syariat sehari-hari.
Daya tarik Buya (demikian biasa beliau disapa) bukan hanya pemahaman yang mendalam, sebagai bukti ilmunya yang mumpuni. Juga kedamaian Islam yang beliau bawa dalam setiap ceramahnya.
Menimba ilmu lebih dari 20 tahun di luar negeri, berbagai negara – – di samping puluhan tahun di dalam negeri tentunya. Membuat sudut pandang keilmuannya lebih komprehensif.
Ilmu agama, Linguistik, Antropologi, Sosiologi, dan gi gi yang lainnya, terutama teknologi (Sains). Yang terakhir ini jadi catatan khusus. Karena saya jarang menemukan seorang Ulama, yang seorang scientist. Bahkan bisa menjelasakan secara detail teori relativitasnya Einstein, sampai teori bigbang, reaksi biokimia dan bagaimana begitu sistematisnya tubuh melawan penyakit dengan tentara sel darah putihnya. Dengan fagositnya.
Beliau menerangkan semua itu dengan fasih. Tanpa melihat buku kembali untuk melihat referensinya. Karena beliau menerangkan itu kadang disela bahasan kitab rutin yang sedang diuraikan. Atau saat sesi tanya jawab dengan para jemaahnya.
Hal inilah yang membuat saya tertarik saat pertama kali melihat videonya di youtube. Karena dengan berbagai macam keilmuan yang dikuasainya itu. Beliau bisa menerangkan manusia, alam dan Tuhan dari berbagai sudut pandang. Dengan cita rasa yang berbeda dengan Ulama pada umumnya.
Sejarah hidupnya kaya akan pengalaman. Dalam hal melakoni praktik-praktik syariat yang umum di masyarakat kita. Dan begitu detail saat menjelaskan hubungannya dengan Tariqat, Hakikat, berujung Ma’rifat, dan 1 step lagi di atasnya. Apa itu? Silahkan cari keyword di channel youtubenya. Lebih dari 1000 video terupload di dalamnya. Apa yang kita mau tanya, hampir sebagian besar terjawab di sana.
Isi ceramahnya pun penuh warna toleransi – – membahas pemikiran dari berbagai mazhab. Tak heran, isi tausyiah beliau banyak berujung pada ide persatuan. Sesuatu yang beliau sebut sebagai makna Tauhid. Yang selama ini Rasulullah bawa dalam misi risalahnya.
Bahkan bukan hanya menghormati pemahaman internal Islam. Agama lain pun beliau bahas bukan sebagai sumber permusuhan. Tapi lebih kepada rasa persaudaraan, kemanusiaan dan persatuan itu sendiri. Khas ulama tasawuf.
Tapi hati-hati saat mulai melihat youtube beliau. Karena bisa jadi nanti kecanduan 🙂 . Kalau sudah begitu, siap-siap kuota internet dipaketkan. Atau kalau tidak download dulu di kantor dengan fasilitas wifi gratis.
Ketokohannya pun tak bisa dianggap main-main. Di Indonesia sendiri, Gusdur mensejajarkan beliau dengan Quraish Shihab dan Nurkholis Majid. Dalam hal kedalaman pemikirannya terkait Ke-Islaman. Sewaktu di Tunisia beliau terbiasa menjadi teman curhat Dubes di sana. Pun di dalam negeri, saat beliau di Jakarta, Menteri Agama Munawir Sadzali saat itu adalah teman bertukar fikirannya.
Kini dengan subsrciber nya yang makin mebludak. Pengajian rutin di Pondok Pesantren Cadangpinggan sekaligus sekolah umum yang didirikannya ini pun diserbu pencinta ceramahnya. Bukan hanya dari sekitar Indramayu, tapi berbagai wilayah Indonesia. Bahkan dari luar negeri.