07/12/2025
Diary

Manfaat Terasa

Spread the love

Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat buat sesama?

Ini adalah tulisan untuk menyadari kembali Sabda Nabi tersebut. Supaya kita tak terbius dengan hanya berlomba menjadi manusia terkaya. Atau berlomba meraih jabatan tertinggi. Tapi tanpa manfaat yang berarti.

Apalah guna semua pangkat, jabatan, harta kekayaan? Kalau itu semua tak membuat kita berharga di mata Tuhan.

Kamu yang merasa jengah dengan kata-kata ini. Coba tanya dulu pada diri. Benarkah kamu percaya Tuhan? Kalau iya, kenapa jengah dengan pertanyaan yang menyebut nama Tuhan?

Jika sedikitnya kamu tersadar dengan kenyataan tersebut. Artinya benar bahwa kita percaya pada Tuhan. Dan itu artinya siapa pun tentu ingin baik di mata Tuhan. Kalau sudah semua berkeinginan seperti itu, maka mari jawab pertanyaan awal paragraf tadi.

Berlomba menjadi manusia terbaik. Dengan kata lain berlomba menjadi manusia paling bermanfaat. Apakah bisa dilakukan hanya dengan keinginan saja? Atau hanya ucapan saja?

Tentu tidak. Siapa pun tentu akan mampu, kalau hanya sekedar ucapan atau keinginan/niat dalam hati saja. Yang jadi ujian kita di dunia kan terkait tindakan. Sebagai bukti dari kemampuan kita menjawab ujian kehidupan dari Tuhan itu.

Untuk mejawabnya tidak perlu mencontek dan menghapal. Karena jawabannya sudah ada pada diri masing-masing. Yang bisa diakses otomatis berupa hati nurani. Yang lulus tidaknya tentu tergantung pada hasil tindakan itu.

Memang berat melaksanakan bisikan kebaikan hati nurani itu. Peperangan kita ada di sana. Memilih antara iya/tidak terhadap tindakan kebaikan. Yang hasilnya pun bahkan bisa dirasakan langsung pada saat itu juga.

Contoh: kamu sedang jalan kaki. Di depan ada seorang Ibu tua mau menyebrang. Dari kejauhan tadi kamu sudah perhatikan.

Sudah berkali-kali ia mau menyebrang tak berhasil, karena demikian cepat kendaraan-kendaraan itu melintas. Waktu yang dibutuhkan untuk menyebrangkan Sang Ibu sekitar 3 menit.

Sedangkan saat itu kamu ditunggu wawancara kerja di kantor. Tentu kalau terlambat kamu bisa tak ikut wawancara. Ke kantor itu butuh waktu 5 menit. Dan kini tersisa waktu 6 menit. Kalau dipakai untuk menolong Si Ibu Tua sisa waktumu 6-3=3.

Pasti kamu terlambat.

Saat kamu dengan yakin memutuskan menolong Ibu Tua itu. Dan merelakan serela-relanya jika tak berhasil wawancara. Maka saat sudah berhasil menyebrangkan Ibu Tua itu. Dan kamu lihat sorot mata yang demikian berterima kasih ditambah sedikit kata-kata darinya.

Maka di saat itu hatimu pasti tergetar. Berdesir. Hampir mau nangis. Merasakan kelegaan hati yang luar biasa.

Dan dalam hatimu pun pasti ada obat lain lagi jika tak berhasil wawancara. Bisa jadi akan diterima di tempat yang lebih baik lagi.

Dan apalagi kalau ternyata saat datang ke kantor itu pun kamu tak jadi terlambat. Karena yang mewawancara kamu pun telat juga. Dan saat wawancara kamu diterima dengan posisi yang lebih tinggi dari perkiraanmu.

Itu adalah bonus saja..

(Visited 26 times, 1 visits today)
0
Asep Ma'mun Muhaemin

Asep Ma'mun Muhaemin

Saya membuat situs jurnalismewarga.net ini dengan 1 visi 1 misi : Persatuan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *