Mencari Ketidaktahuan
Itu terjadi di kehidupan sehari-hari kita. Kini. Sebabnya lebih mengerucut pada satu kata. Uang.
Cerita di bawah ini imajinasi saja. Sebagai bahan supaya maksud pemikiran tersampaikan. Walau bisa saja hal itu pernah terjadi. Atau bahkan sering terjadi. Dalam kehidupan sehari-hari.
Seseorang iseng membuat makanan. Bahan dasarnya sama dengan jenis makanan yang sudah ada. Namun yang ia buat sekarang diberi bumbu berbeda. Jadilah makanan jenis baru. Karena rasanya baru.
Eh ternyata orang lain suka. Maka terpikirkanlah ia untuk menjualnya. Periksa uang di rekening. Cek juga yang cash di dompet. Serasa cukup untuk sekedar memulai jualan. Maka dimulailah eksperimen usaha itu.
Hari pertama laku keras. Habis kuenya. Modal hari pertama ditambah keuntungannya. Setelah dikurangi untuk makan dan pengeluaran keluarga hari itu. Sisanya dijadikan modal hari kedua.
Ternyata makin cepat lakunya. Walau jumlah adonan lebih banyak. Karena ada pelanggan baru. Juga yang repeat. Bahkan buat besoknya sudah ada yang memesan duluan.
Begitu dengan hari-hari seterusnya. Karena jualan laku. Bank mulai melirik. Maka diutuslah sales untuk menawarkan pinjaman.
Tadinya si pengusaha dadakan tak memerlukan. Karena cukup melanjutkan proses sebelumnya. Jumlah modal yang dikeluarkan hari ini. Adalah sisa dari, hasil penjualan + keuntungan, setelah dikurangi kebutuhan.
Namun namanya sales. Tak cukup 1 x menawarkan. Bukan saja karena terbiasa berusaha meyakinkan orang. Juga target perusahaan tambah besar. Malah diluar batas kewajaran otak mencerna.
Kemampuan sales untuk mencari nasabah beda-beda. Jumlah sales 10. Ada 1 orang yang mencapai 60 juta. Sisanya di bawah 50 juta. Dengan dasar itu, perusahaan menargetkan semua karyawan masing-masing 65 juta.
Bersambung