Datang dan Pergi
Silih berganti, datang dan pergi. Demikian gambaran yang ada pada channel-channel yang mengambil bahasan Sang Legenda ini.
Ada sebagian yang tetap bertahan. Namun banyak lainnya berguguran. Berganti dengan channel baru yang mencoba peruntungan. Yang awalnya tersemangati seiring viewer yang makin banyak berdatangan.
Namun beberapa yang baru datang pun semangatnya tak banyak bertahan lama. Seperti terjadi pada channel-channel yang sudah muncul sebelumnya. Karena viewer pun tak bisa dipegang kepastian minatnya. Tergantung apakah mereka terakomodasi kehausan akan pengakuan egonya.
Saat suatu channel seolah memanggil-manggil dirinya, atau kaumnya. Karena “beberapa” kesesuaian dengan yang menjadi perhatiannya. Maka ia setia dengan channel itu. Sampai di satu titik berhenti karena tak lagi sesuai dengan getaran kalbu.
Viewer berkurang. Maka minat creator pun sebagian tumbang. Demikianlah yang terjadi pada pembuat channel sejenis. Jika tak disertai spirit dan gagasan yang realistis.
Namun bagi yang berpengharapan besar. Akan keadilan dan kemakmuran yang bisa dunia ini gelar. Maka mimpi itu tetap mereka sebar. Pada siapa pun yang masih belum mendapat kabar.
Walau kadang ada terasa aneh. Mimpi besar yang dikumandangkan terasa nyeleneh. Bukan karena mimpinya yang tak baik. Tapi bagaimana cara gagasan besar itu diwujudkan tak banyak yang mengulik.
Yang ada kebanyakan hanya memanggil-manggil Sang Legenda. Agar cepat datang membawa keadilan dan kesejahteraan buat semua. Walau yang dipanggil entah di mana. Apa sudah hadir di dunia ataukah masih bertanya-tanya dirinya siapa?
Daripada menungu waktu yang tak tentu. Sudah kuminta semua untuk bersatu. Siapa pun bergabung buka akun di Jurnalismewarga.net. Agar saat semua sudah gabung melihat kecendrungan minat warga pun tak perlu lagi bertanya, banyakan cebong apa kampret.
Tapi semua minat terakomodasi. Bahkan semua bisa menulis mengungkapkan isi hati. Kalau ada warga yang tak berani memilih karena kendala edukasi. Ya serahkan pilihan pada akademisi yang sudah jadi ahli.
Itulah hakikat Saraf Dunia. Yang menjadi cikal bakal terwujudnya Surga Dunia. Pada akhirnya jiwa-jiwa di dunia berma’rifatullah (mengenal Tuhan) semua. Dan hanya perlu satu kunci pembuka untuk mewujudkan itu, yaitu melakukan segala sesuatu berdasar “lillaah” saja.