Lebaran di Kampungku
Tiap 2 tahun sekali paling lama.
Yups. Setelah berkeluarga, itulah rutinitasku. Pulkam untuk berkumpul bersama keluarga. Di hari raya.
Lebaran kan 1 tahun sekali, kok lebarannya 2 tahun sekali? Mungkin terselip pertanyaan di hati pembaca.
Ya, karena di atas sudah tertulis. Setelah berkeluarga.
Dulu saat masih belum ada pengikut. 2 anak (laki-laki dan perempuan) dan 1 istri (gak ada cita-cita 2 istri ya, wkwkwk). Alias saat masih bujangan. Ya pulkamnya 1 tahun sekali.
Sekarang setelah nikah, saya menerapkan prinsip keadilan. Saat lebaran, saya dan istri bergantian menentukan tempat berhari raya.
Saat giliran saya, maka biasanya pulkam ke kampung saya, di daerah Surade, Jampang Kulon, Sukabumi sana. Saat giliran istri, maka istrilah yang menentukan tempatnya. Tentunya di tempat yang banyak keluarga istri saya berada. Di mana tempatnya? Rahasaia, hahaha.
Kok maen rahasiaan sih?
Biar saya bisa menerapkan prinsip marketing.
Maksudnya apaan sih?
Ya siapa tahu ada pria yang memperhatikan. Kok istri saya cantik? Suit.. suitt. Suiiittt..
Terus apa hubungannya?
Ya mungkin aja para pria itu mau mencari calon pendamping seperti istri saya. Atau mau saudaraan dengan saya. Dengan “gaet” saudara dari istri. Kan nanti bisa bertanya ke saya. Kan bisa saya kasih tarif ke mereka. 1 milyar 1 referensi. Hahaha..
Sudah ah. Lanjut ya
Rutinitas saat hari raya biasanya gak jauh beda. Tergantung waktu yang tersedia. Artinya, kadang kan setelah lebaran mau langsung kembali kerja, atau mau sekalian berlibur.
Malam takbiran. Sehabis isya biasanya di masjid diisi dengan tahlilan. Dilanjut dengan sedikit tausyiah. Evaluasi setelah 1 bulan berpuasa. Selesai itu semua, baru takbiran bersama.
Saat takbiran, biasanya diiringi dengan berbagai macam acara anak muda. Di sekitaran masjid, biasanya ada “dulag”. Yaitu atraksi