13/02/2025
DiaryImtak

Meninggalnya Syekh Ali Jaber Membuat Indonesia Menangis dan Merasa Kehilangan Ulama Panutan

Spread the love

Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji’uun. Qadarullaah, Syekh Ali Jaber telah berpulang hari ini: Kamis, 1 Jumadil Akhir 1442 H, bertepatan dengan 14 Januari 2021. Allahummagfirlahu warhamhu wa’aafihi wa’fu ‘anhu.

Kabar pertama yang membawa duka umat Muslim ini dari Ustadz Yusuf Mansur melalui medsosnya. Sebagai seorang sahabat, sang Da’i Kondang ikut mendampingi Almarhum di akhir hayatnya. Bahkan kabarnya, pemakaman pun akan dilakukan di area pesantrennya Ustadz ini.

Begitu merasa kehilangan umat Islam Indonesia khususnya, bahkan non muslim pun demikian – – atas wafatnya beliau. Pembawaannya yang membawa kedamaian, membuat ceramah dan dakwahnya diterima luas. Kini, setelah beliau berpulang, perlu dicari kembali sosok pemersatu itu.

Sebab dengan beragamnya aliran keberagamaan di tanah air, pemikiran moderat yang diambil almarhum terbukti ampuh menghilangkan sekat itu. Lihat saja kedekatannya pada NU dan Muhammadiyah, 2 ormas Islam terbesar Indonesia sebagai contohnya – – beliau diterima oleh semua kalangan, dengan baik.

Daftar Isi

Kondisi Syekh Ali Jaber Saat Meninggal

Betapa baik Allah pada akhir hayat Syekh Ali Jaber, walau masih berada di rumah sakit, tapi beberapa hari menjelang berpulangnya beliau sudah dalam kondisi negatif covid-19. Sehingga saat dikebumikan, keluarga dan jamaah masih bisa takziah langsung. Juga bisa menguburkan dengan aturan seperti sebelum ada pandemi.

Berdasarkan kesaksian pentakziah sendiri, seperti Aa Gym misalnya, terlihat senyum dari bibir Almarhum. Demikian juga kesaksian dari yang memakamkan dan sempat melihat langsung.

Senyuman itu seolah perlambang, betapa damai hati beliau, pun saat ajal menjemputnya. Sesuai dengan prinsip yang selalu dipegangnya dalam hidup, dan keyakinannya akan Takdir Allah. Dan sesuai juga dengan perjuangannya selama ini, yaitu membudayakan hafidz Al-Qur’an di tengah masyarakat Indonesia.

Kisah Semasa Hidup yang Banyak Diingat

Paling berkesan adalah saat beliau terkena musibah, ditusuk secara tiba-tiba di sebuah acara yang diisinya. Beliau sama sekali tidak marah, bahkan menyelamatkan pemuda si penusuk dari amukan masa.

Sebagaimana ditayangkan dan menjadi pemberitaan media masa, beliau terima itu sebagai takdir Allah. Keyakinan hidup itulah yang membuatnya senantiasa tenang, tak terbawa emosi saat menghadapi apa pun.

Lebih tepatnya kejadian itu pada September 2020, saat mengisi kajian di Masjid Jalan Tamin, Kecamatan Tanjungkarang Pusat, Kota Bandar Lampung. 

Syekh Ali Jaber mengatakan pelaku terlihat masih muda dan berbadan kurus. “Saya lihat masih anak muda, mungkin sekitar 20 tahun,” ujarnya, usai penusukan.

Syekh Ali Jaber tidak mengetahui apakah pelaku beraksi seorang diri atau ada orang lain yang mungkin melarikan diri setelah penusukan. Pascapenusukan, pelaku nyaris dihakimin oleh jamaah yang ikut dalam kajian tersebut, namun berhasil dicegah oleh Syekh Ali Jaber.

“Saya kasihan lihat jamaah memukuli dia, saya bilang jangan dipukuli, serahkan saja ke polisi. Kemudian, pelaku diamankan ke ruang masjid,” ujarnya.

Pascapenusukan, Syekh Ali Jaber dibawa ke Puskesmas terdekat dan mendapat perawatan. Syekh Ali Jaber mendapat 10 jahitan di tangan kanan bagian atas akibat insiden tersebut.

Kehidupan Pribadi

Ali Jaber telah menekuni membaca Al-Qur’an sejak kecil. Ayahnyalah yang awalnya memotivasi Ali Jaber untuk belajar Al-Qur’an. Dalam mendidik agama, khususnya Al-Qur’an dan salat, ayahnya sangat tegas, bahkan tidak segan-segan memukul bila Ali Jaber kecil tidak menjalankan salat.

Keluarganya dikenal sebagai keluarga yang religius. Di Madinah ia memiliki masjid besar yang digunakan untuk syiar Islam. Sebagai anak pertama dari dua belas bersaudara, Ali Jaber dituntut untuk meneruskan perjuangan ayahnya dalam syiar Islam.

Meski pada awalnya apa yang ia jalani adalah keinginan sang ayah, lama-kelamaan ia menyadari itu sebagai kebutuhannya sendiri dan pada usia sebelas tahun, ia telah hafal 30 juz Al-Qur’an.

Syekh Ali Jaber mulai berdakwah di Indonesia pada 2008. Namanya semakin terkenal ketika menjadi juri pada acara Hafiz Indonesia dan menjadi da’i dalam berbagai kajian di beberapa stasiun televisi nasional.

Pada 2008 pula, Syekh Ali Jaber menikah dengan Umi Nadia, wanita asal Lombok, Nusa Tenggara Barat. Pada 2012, ia resmi menjadi warga negara Indonesia.

Para pendakwah di Indonesia mengenalnya sebagai ulama pejuang Al-quran.

(Visited 71 times, 1 visits today)
Asep Ma'mun Muhaemin

Asep Ma'mun Muhaemin

Saya membuat situs jurnalismewarga.net ini dengan 1 visi 1 misi : Persatuan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *