Perubahan atau Penyempurnaan Sistem?
Menunggu perbaikan kondisi negeri ini. Itu ibarat angan-angan. Campur harapan.
Kalau kondisi tetap seperti sekarang. Mungkinkah keadaan akan berubah? Ke arah yang lebih baik, dan sesuai harapan bersama?
Kebaikan dan keberanian pemimpin negeri seperti apa yang bisa mengubah mental semua penghuninya?
Atau minimal yang berubah sebagian besarnya. Atau setidaknya pejabat dari bawah ke atasnya.
Benarkah kita bisa melakukan itu? Dengan sistem pemerintahan sekarang?
Menurut saya, sebenarnya bisa. Apa pun bentuk pemerintahannya. Dengan catatan: “Konsep Surga Dunia” = Tidak Dibayar dan Tanpa Membayar diterapkan dalam sistem itu. Sebagai penyempurna.
Jika tidak, maka keadaan akan tetap seperti ini. Untuk pembuktian, silahkan saja dicoba semua bentuk pemerintahan yang ada di dunia ini. Kalau mau menghabiskan waktu percuma.
Namun, yakinkah dengan itu bisa mewujudkan cita-cita bersama itu?
Kenyatannya. Di man pun, di seluruh dunia. Sebaik apa pun pemimpin teratasnya. Jika di level menengah atau bawahnya tidak ikut baik. Maka sistem bernegaranya sulit berjalan.
Lebih sulit lagi mencapai tujuan yang sudah dicanangkan.
Maka di negara kita pun, atau di negara mana pun. Sebenarnya bukan karena bentuk pemerintahannya yang salah.
Hanya mental para pelaksana yang menjalankannya sudah sedemikian parah. Walau tidak semua.
Sistem demokrasi yang ada sudah sesuai sebagai sebuah cara. Hanya pelaksanannya setengah-setengah. Tidak diterapkan secara murni dalam setiap sendi kehidupan bernegara.
Itu karena berbagai kepentingan pribadi atau golongan. Bukan karena “lillaah” sebagai wujud penghambaan diri pada Tuhan.
Maka yang diperlukan sekarang adalah menyempurnakan sistem demokrasi itu menjadi Saraf Dunia. Mencontoh sebagaimana tubuh kita bekerja.
Saat ini 4 Pilar sudah terbukti menyatukan kita. Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, UUD 1945.
Namun yang belum terlaksana adalah membuktikan isinya. Keadilan dan Kesejahteraan bagi semua.
Dan jawaban untuk mewujudkan itu hanya perlu satu saja: yaitu Konsep Surga Dunia. Tidak dibayar, Tanpa membayar.
Kini, ramai sekali perhelatan mencari pemimpin di 2024 ini dibicarakan. Masing-masing punya jagoannya.
Tapi tak ada satu pun yang membawa konsep baru. Untuk mewujudkan Keadilan dan Kesejahteraan semua rakyatnya itu?
Mungkinkah perubahan dilakukan dengan cara lama? Pola pikir lama? Sudut pandang lama?
Pandangan saya. Jika penyebab dari segala permasalahan itu tidak diubah. Dengan materi/uang masih menjadi panglimanya.
Maka sampai kapan pun kondisinya akan tetap seperti sekarang, tidak ada yang berubah. Bisa-bisa malah tambah parah.
Analogi sederhana sering saya sampaikan. DNA amoeba sampai kapan pun akan tetap membentuk struktur tubuh amoeba. Sampai kemudian susunannya diubah menjadi menjadi bentuk lain.
Dan itulah proses evolusi sesungguhnya. Baik struktur fisik maupun berbentuk kesadaran spiritnya.
Dan realita dalam kehidupan menunjukkan. Walau sistem yang awal akan tetap ada. Namun ada di tempat lain sesuatu yang berubah menjadi entitas lain. Dan memicu perubahan selanjutnya.
Maka, bukan karena sistem pemerintahan yang tidak menghasilkan keadilan di negeri ini. Namun manusia pelaksananya yang belum mampu menjalankan sistem itu sesuai dengan yang seharusnya.
Dan penghalang manusia menjalankan sistem itu adalah kebutuhan hidup. Yang muaranya ada pada kepemilikan harta benda. Dengan uang sebagai alat tukarnya.
Maka hanya satu obat dari semua penyakit itu. Hilangkan penyebab semua permasalahannya. Hilangkan sistem pembayaran. Tidak ada yang dibayar dan membayar.
Artinya konsep Surga Dunia dijalankan. Dimulai dengan pembentukan Saraf Dunia. Dengan “lillaah” sebagai kunci mewujudkannya.
Setelah sistem Surga Dunia terwujud di alam nyata. Baru kemudian beranjak pada pencapaian rasa bahagia yang sesungguhnya. Yaitu pengenalan Tuhan (Ma’rifatullaah) pada jiwa-jiwa seluruh manusia di alam dunia.
nice content!nice history!! boba 😀