Memiliki Kekuatan

Siapa yang paling punya kekuatan? Melindungi sesama yang dicengkram kepapaan. Apakah mereka yang besar badannya? Yang besar empatinya? Atau ada pilihan lain?

Sebelum menjawab pertanyaan itu. Mari kita tanya diri sendiri. Apakah saat milik pribadi hilang kita sedih? Misal, HP sendiri hilang? Atau kendaraan? Atau pacar?

Tentu saja secara umum kita akan menjawab sedih. Bisa juga marah.

Namun bagaimana jika yang hilang itu milik orang lain? HP teman hilang? Kendaraan tetangga hilang? Atau pacar orang direbut orang lain juga.

Apakah kita akan ikut sedih? Atau minimal empati? Atau bahkan tidak sama sekali?

Maka rasa memilikilah yang membuat kita sedih/takut saat kehilangan sesuatu. Bagaiamana kalau “lillaah” itu sudah mendarah daging? Bahwa salah satu maknanya: segala sesuatu yang ada di alam ini adalah milik Allah. Kita hanya dipinjami, sebagai fasilitas untuk hidup. Bukankah seharusnya kita tidak merasakan rasa sedih/takut itu?

Sekarang, setelah kita menyadari itu. Bagaimana tingkat pembelaan kita? Atau rasa memiliki persaudaraan di antara sesama? Jika ada yang kesusahan. Seberapa besar perjuangan kita untuk membantu?

Tentunya kembali pada rasa yang ada pada diri kita. Kalau menganggap orang lain itu adalah orang lain. Bukan sebagai bagian dari kehidupan kita. Maka dengan rasa seperti itu, mungkin akan sedikit effort yang kita lakukan untuk membantu sesama itu.

Tapi, jika kita merasa bahwa sesama. Siapa pun dia adanya. Adalah kesadaran yang berkaitan, saling mendukung dan menguatkan dalam satu sistem kehidupan. Dan rasa seperti itu asli dari dalam diri/tidak dibuat-buat. Maka tentu perjuangan kita untuk berjuang bersama, membangun kehidupan yang berkedadilan akan lebih besar energinya.