Mengenal Diri

Cobalah sesekali perhatikan dirimu. Itu saranku. Bukan karena kamu bertanya. Bukan pula karena aku merasa lebih tahu darimu. Ini saran tembakan saja, mana tau mengenai tepat di titik sadarmu.

Dalam hati mungkin kamu menjawab: “Sudah kuperhatikan dari dulu. Bahkan sampai bertanya pada puluhan mursyid, juga menyediakan waktu menyepi diri. Sehingga sekarang, jangankan diriku, level ma’rifatullah pun aku tahu.”

Yang menjawab seperti itu bisa saja banyak. Bahkan sampai di angka jutaan. Kalau yang membaca tulisan ini, juga di angka sekitar itu. Semua sudah disadarkan untuk mengenal jati diri, bahkan Tuhan Yang Maha Gaib.

Kalau betul hatimu menjawab seperti itu. Baik, aku akan kembali bertanya lagi: “Apa efek pada dirimu, keluarga, lingkungan, negara atau bahkan dunia, setelah berhasil mengenal jati diri, sampai mengenal Tuhanmu itu?”

Kamu : “Ya tentu aku bahagia, karena sudah mendapat jawaban yang selama ini dicari. Sedangkan di luar diriku, misalnya keluarga atau dunia, aku tak tahu. Sebatas yang kulihat, ada yang terlihat bahagia, banyak juga yang sebaliknya.

Aku: “Apakah kamu tidak tertarik untuk membagi kebahagiaan pada yang sedang bersedih?”

Kamu: Tentu saja, cuma mereka tidak berminat mendengarkan apa yang kusampaikan. Mereka malah mengangsurkan tangan. Sambil berkata: “Kalau mau berbagi, mending berbagi uang saja” Katanya. Mereka butuh itu saat ini. Karena harga pada naik.

Aku: “Terus kamu kasih mereka uang?”

Kamu: “Enggaklah, orang aku saja kekurangan. Sama butuhnya seperti mereka kalau perkara uang itu.”

Aku: “Kamu pernah tidak, dengar penjelasan ide-ide yang kusampaikan di channel ini?”

Kamu: “Pernah, tertarik juga untuk mendukungmu, cuma aku takut diledekin teman-teman, karena mereka bilang ide mu itu terlalu sulit diwujudkan, ibarat mimpi. Ya aku gak mau dong disebut pemimpi seperti kamu.”

Aku: “Jadi ilmu pengenalan jati diri, sampai udah level ma’rifatullah itu apa gunanya? Hanya karena dibilang pemimpi aja kamu takut, jangan2 kamu tahu jati diri, sampai ma’rifatullah itu baru kata orang?”

Kamu: … (Pembaca jawab aja sendiri, orang tanya jawab tadi itu juga imajiner) 😂😂😂