Menguatkan Tekad
Jangan menyerah. Ingatkan dirimu, tak ada yang sepertimu. Bahkan tak ada yang benar-benar mirip walau kembar identik. Masing-masing punya sesuatu yang istimewa dalam dirinya.
Karena kamu beda. Maka apa yang sampai dalam hatimu juga beda. Saat ia terpanggil untuk suatu misi. Maka yang lain belum tentu ada yang memikirkannya.
Jika dirasa apa yang ingin diwujudkan itu baik. Dari segala sisi. Setidaknya menurut pemahamanmu. Maka lakukanlah.
Orang lain punya keinginan sendiri-sendiri. Saat mereka diam saja saat kamu ajak. Bisa jadi pikiran mereka belum sampai. Atau memang karena mereka sedang sibuk dengan misinya sendiri.
Tapi kalau misimu itu untuk semua umat manusia. Maka tentu tekadmu harus lebih besar lagi. Karena dorongan dan tarikan akan demikian besar.
Gas dan rem harus benar-benar berfungsi dengan baik. Memfungsikan keduanya harus pada saat yang tepat. Kecepatan pun harus diatur sesuai kondisi. Insting akan bermain saat semua telah dilakukan.
Jangan egois. Nanti kamu bisa tertabrak. Bahkan saat dirasa sudah berhasil melewati rintangan. Jangan langsung berhenti. Berikanlah waktu pada lingkungan untuk beradaptasi.
Coba kamu bayangkan jika keegoisan terjadi saat berkendara. Lampu terlihat masih nyala. Tapi tinggal 5 detik lagi. Terus seorang pengedara ngebut supaya bisa melewatinya. Dan ternyata berhasil di saat yang tepat.
Tapi jika tak memperhatikan keadaan. Saat berhasil melewati lampu merah itu ia begitu senang. Langsung pelankan kendaraan, mengikuti emosi yang telah selesai dag dig dug nya.
Ia lupa kalau di belakangnya juga pada ngebut buru-buru. Saat ia pelankan kendaraan dan yang lain masih ngebut. Kira-kira apa yang terjadi?
Kesadaran seperti itu tidak bisa dihapalkan. Tapi ia adalah praktek kehidupan. Penuh resiko saat proses pendidikannya. Tapi ia hampir bisa dikatakan akan teringat selamanya.