Saat Pengingkaran

Rasanya, siapa pun pernah mengalaminya. Penolakan atas kebenaran yang disadari, bahkan oleh tubuh sendiri.

Pikiran menyadari untuk bertindak suatu kepantasan. Atau keharusan, untuk kebaikan diri. Namun anggota badan tak mengindahkannya.

Yang paling sering, tentu tentang olah raga. Suatu hal yang disadari kemanfaatannya. Namun demikian malas tubuh ini melakukannya. Padahal, Itu terkait manfaat yang sejatinya dirasakan oleh tubuh itu sendiri.

Atau dalam cerita lain, terkait ibadah sehari-hari. Secara tidak langsung memang bermanfaat untuk raga. Namun yang disadari secara umum, tentu terkait rohani, spiritualitas. Pembaca tentu mengalami sendiri kisah yang satu ini.

Apalagi mungkin terkait sebuah harapan. Ide yang ingin diwujudkan. Yang belum tahu apakah akan terealisasi atau tidak. Bagaimana tubuh merespon hasil olah pikir dan rasa itu? Sejauh mana ia akan manut mengikuti perintah keinginan ruhaninya?

Lebih jauh lagi kalau harus menyadarkan orang lain terlebih dahulu. Yang mereka pun punya tubuh yang perlu diajak kerjasama pula.

Sungguh, perjuangan itu sampai mana ujungnya? Setelah satu tercapai, timbul lagi harapan lainnya. Mungkin itu yang kerap difikirkan siapa pun yang sampai di tahap itu. Perjuangan sendiri, perjuangan manusia, dalam lakon kehidupan.