Sadar dari Halusinasi
Tiap channel yang membahas Sang Legenda, memiliki tokohnya masing-masing. Dan menjelaskan panutannya tersebut sedang apa, di mana, ciri-ciri, dan penjelasan lainnya.
Sedangkan di sini. Teman-teman tidak melihat itu. Karena saya memang tidak akan menunjuk seseorang yang belum membuktikan apa-apa.
Dan sampai saat ini saya belum mengenal seseorang yang kira-kira pantas menyandangnya. Karena begitu banyak orang baik di dunia ini. Hanya saja mereka kebanyakan bergerak sendiri.
Saya hanya mengatakan beliau yang “asli” saja. Jika memang sudah ada. Dan saya akan mengakui, setelah beliau membuktikan dirinya berhasil mewujudkan misi mulianya itu.
Kalau belum terwujud. Ya berarti beliau belum ada. Semua tokoh-tokoh yang sedang berproses membuktikan dirinya itu, tentu boleh menyebut diri “Sang Calon”
Itu kalau memang beliau adalah “seseorang”. Yang menggerakkan segala sumber daya. Untuk kebahagiaan kita khususnya. Dan dunia pada umumnya.
Saya percaya tokoh yang dimiliki teman-teman di channel lain, beliau-beliau itu adalah orang baik. Karena berkeinginan baik. Niat, ucapan, maupun tindakannya pun baik.
Maka tak perlu risau dengan keberpihakan saya. Tentu berpihak pada semua keinginan yang baik itu. Dan artinya mendukung semua channel dengan kriteria baik itu.
Di beberapa kesempatan saya sudah menyampaikan. Niat awal saya di sini adalah untuk “mempersatukan” kita. Sambil menyampaikan apa “petunjuk” yang sudah ditemukan dalam kehidupan saya.
Dengan meniatkan diri mempersatukan kebaikan-kebaikan pada tiap channel itu. Tentunya tanpa maksud menganggap saya pantas dan mampu melakukannya.
Namun setidaknya saya “berniat” melakukannya. Sudah “mengucapkan” dan menyampaikannya. Termasuk sedang dalam proses “melakukannya”.
Apakah niat saya “mempersatukan” itu akan berhasil terlaksana? Mana saya tahu? Hanya Tuhanlah yang mengetahui apa hasil nantinya.
Bukankah kita hanya perlu melakukan prosesnya? Perkara hasil itu adalah keputusan Tuhan.
Kenapa harus dipersatukan? Ya karena dengan itu kita akan berhasil mewujudkan kebahagiaan bersama itu. Kalau terpisah-pisah. Ya nanti sulit kita memenangkan “peperangan” ini.
“Perang” antara Penyatuan VS Pemisahan.
Penyatuan akan menghasilkan kebahagiaan bersama. Pemisahan akan menghasilkan kesengsaraan di mana-mana
“Kebaikan” perjuangannya mempersatukan umat. “Kejahatan” kerjaannya mencerai-beraikan umat.
Cerai-berainya rasa umat manusia inilah, yang menjadi peperangan fisik antar negara sekarang ini. Dan itu timbul karena ada kesombongan. Merasa diri berbeda, dengan posisi “lebih” dibanding yang lain.
Herannya, kenapa orang-orang pada suka membahas perang lahir? Kalau bisa dihindari kenapa harus dilakukan?
Kalau “Surga Dunia” bisa diwujudkan melalui kesepakatan “Saraf Dunia”. Kenapa harus terlebih dahulu darah tertumpah?
Kita bicarakan saja dulu perdamaian. Baru kalau nanti perjalanan dunia mengharuskan peperangan fisik, ya kita lakukan.
Bukankah kita sepakat nyawa manusia itu demikian berarti? Bukan hanya di mata kita. Itu sudah dijelaskan Tuhan. Dalam kitab suciNYA.
Perjuangan kita adalah menumbuhkan perasaan kebersamaan itu. Maka jika berhasil, takkan ada peperangan fisik yang memakan banyak korban itu.
nice content!nice history!! boba 😀
wow, amazing