Senyuman Kehidupan
Kadang manusia saking sibuknya, sibuk dengan keinginannya: untuk sekedar tersenyum pun demikian sulitnya.
Tak perlu jauh berfikir untuk senyum kepada orang lain, senyum kepada diri sendiri saja seolah tak mampu. Damai dengan diri sebagai nilai kebatinan dari wujud senyum itu.
Padahal, jika saja tiap hari seseorang rela melepaskan senyum itu, seikhlas yang ia bisa: kepada alam, kepada sesama atau kepada siapa pun yang ditemui dalam kehidupan – – niscaya hidup ini akan penuh warna kebahagiaan.
Karena esensi dari kebahagiaan, adalah saat di mana kita mampu membahagiakan orang lain.
Bagiaman kita mampu membahagiakan orang lain? Kalau dengan diri sendiri saja tidak kenal. Dari mana kita berasal, sedang ada di mana dan akan ke mana hidup ini menuju?
Lebih jauh lagi, bagaimana kita akan mengenal Tuhan? Sang Pencipta. Yang seolah kita lupakan, tergantikan dengan hal-hal duniawai yang tak kenal lelah dikejar itu.
Sebenarnya kita pun tahu, bahwa materi yang dicari dan diburu itu, tak membuat kita menemukan kebahagiaan sejati. Yang ada adalah diri ini menjadi budaknya. Sehingga untuk menyempatkan sujud pada Tuhan Sang Pencipta pun seolah melupakannya.
Mari kita kembali ke jati diri yang suci. Karena kehidupan tak tahu kapan ia akan pergi?