Menasihati Diri
Karakteristik setiap orang tentu berbeda. Baik dalam hal menerima informasi. Pun saat menyampaikan apa yang diketahuinya.
Keanekaragaman yang begitu mempesona.
Dengan adanya ragam corak sifat itu. Maka timbul peradaban. Sebagai konsekuensi dari keinginan diakui. Atau ajang aktualisasi diri.
Seseorang yang haus akan pengetahuan. Selayaknya ia takkan malu untuk menimba ilmu. Memposisikan jiwanya sebagai diri yang pantas diajari. Bukan jumawa sebagai diri yang serba bisa, yang tak mau menerima pendapat/pengetahuan dari sesama.
Demikian juga jiwa bijaksana yang sudah pantas untuk berbagi. Takkan pelit untuk mengajari atau berbagi pengetahuan. Pada siapa saja mereka yang memang pantas mendapatkannya. Karena ia pun sadar, kehidupan harus terus berlanjut dan selayaknya meningkat dalam kolektifitas pengetahuan.
Bagi siapa pun yang selalu belajar membaca kehidupan. Tentu tak cukup menerima dan berbagi pengalaman/pengetahuan dengan sesama saja. Namun ia akan berkontemplasi dengan dirinya sendiri. Menasehati, memberikan semangat, dan membangkitkan kesadaran diri untuk lebih baik lagi.
Ada banyak orang yang tak mempan dengan nasihat sesama. Namun pandai menasihati yang lain. Banyak juga yang tak pandai memberikan petuah. Namun ternyata ia mudah menerima saran dari orang lain.
Maka untuk menjembatani itu semua. Perlu kiranya ada dorongan atau kalau perlu kampanye secara terstruktur. Untuk mempublikasikan cara paling mudah untuk membangkitkan, sekaligus mengisi rohani yang sulit dipengaruhi orang lain. Yaitu dengan menyarankan setiap orang untuk menasihati dirinya sendiri.