Belajar Tanpa Kenal Usia
Senang sekali saya hari ini.
Dan saya ingin berbagi kebahagiaan ini dengan pembaca. Mengangkat sedikit cerita di tengah Corona. Di saat anak-anak sekolah demikian rindunya dengan teman sekelas. Di kala pembelajaran jarak jauh jadi pilihan, untuk supaya proses pembelajaran tetap berjalan.
Hari ini saya ikut berbagi dengan guru-guru dan karyawan SDS Plus Hang Tuah 7. Sebuah sekolah yang sepintas dari luar saja sudah kelihatan – – sepertinya lebih banyak untuk kalangan berada. Dengan lingkungan yang asri, bangunan yang relatif masih baru dan terawat dengan baik. Terutama guru-gurunya yang ramah-ramah.
Tak pantas rasanya berbicara di depan para pahlawan ini, yang sudah demikian lama mengabdi mendidik anak bangsa. Para ahlinya penyampai materi, yang sudah mendarah daging mendidik anak-anak. Yang sudah demikian pandainya mengajarkan Ilmu calistung juga budi pekertinya, lahir dan bathinnya.
Sebelum lanjut kembali dulu ke belakang. Peristiwa yang sudah lewat. Saat 3 bulan yang lalu saya datang pertama kali ke sini. Waktu itu saya bertemu TU terlebih dulu, dan entah kenapa demikian mudahnya urusan saat itu, saya pun berhasil bertemu Wakil Kepsek di saat yang bersamaan.
Setelah panjang lebar menyampaikan maksud dan tujuan, seperti tertera di tautan proposal ini, Ibu Wakasek pun menyambut dengan baik. Secara ringkas isi proposal itu berupa perkenalan teknologi 3D edukasi secara berbayar, dan lomba menulis di website ini secara gratis. Di mana murid-murid bisa menulis sesuai tema yang ditentukan, dan guru-guru juga bisa saya ajarkan menulis soal secara online.
Nantinya soal itu bisa diselesaikan bukan hanya oleh murid sekolah sendiri, juga siapa saja siswa Indonesia yang mampir ke web ini. Soal itu bukan hanya mudah dalam proses pengerjaannya, juga mudah dalam memberikan penilaiannya – – terkait jenis soal, itu pengajar yang menentukan tingkat kesulitannya.
Saat siswa selesai mengerjakan soal, saat itu pun hasilnya bisa dilihat. Siswa pun bisa memeriksa juga mana saja soal yang berhasil dijawab dengan benar, atau sebaliknya.
Dan semua proses lomba menulis murid dan guru di web itu: GRATIS. Yang berbayar hanya nonton film 3D edukasinya saja. Bahkan sebagian dari uang berbayar tiap murid itu, kami sisihkan untuk pemenang lomba menulis siswa. Supaya mereka semangat mengikuti perlombaannya.
Selain bermanfaat untuk menambah metode belajar, sekolah pun secara tidak langsung terbantu dari sisi humas atau marketingnya. Karena secara tidak langsung setiap tulisan siswa akan banyak dibaca oleh netizen. Dan itu salah satu kriteria untuk memenangkan perlombaan – – yang paling banyak dibaca tulisan, salah satu variabel penentu kemenangan.
Dengan ketentuan tulisan paling banyak dibaca ini, maka otomatis setiap siswa akan berusaha untuk share tulisannya ke saudara, teman dan yang lainnya. Sehingga makin banyak tulisan siswa dibaca netizen (masyarakat online), maka nama sekolah pun akan makin banyak dikenal luas.
Waktu itu pun secara eksplisit sebenarnya Ibu Wakasek sudah tertarik dan menyetujui apa yang saya sampaikan. Tapi sesuai prosedur, tentunya harus disampaikan juga hal ini kepada Kepsek, sebagai pengambil keputusan. Maka Ibu wakil pun meminta saya menunggu kabar dari beliau, 1 atau beberapa hari kemudian.
Benar saja, saat saya coba konfirmasi ke pihak TU 3 hari kemudian, Ibu Kepsek ternyata ikut tertarik dengan program ini. Maka saat itu pun, kami menyepakati jadwal kapan acara itu akan dilaksanakan – – Yang tidak bentrok dengan acara sejenis yang sudah saya jadwalkan di sekolah lain.
Tapi ternyata kejadian berikutnya tak sesuai rencana. Virus Corona datang demikian cepatnya. Larangan sekolah berkegiatan tatap muka pun dikeluarkan setelahnya. Tepat beberapa hari sebelum acara itu berjalan. Alhasil kami sepakat acara itu dimundurkan, sampai kondisinya memungkinkan. Bukan hanya sekolah SDS Plus Hang Tuah 7 ini, beberapa sekolah lain yang sudah menjadwalkan acara sejenis pun ikut merubah waktunya.
Maka selama pandemi ini ototmatis kegiatan fakum. Maka saat hari Kamis minggu lalu Ibu Wakasek menghubungi, saya kaget. Campur senang.
Kagetnya lebih condong ke tidak enak hati. Karena ternyata panggilan di telepon sudah beberapa jam sebelumnya. Saya tidak sadar karena HP dipegang anak, biasa umumnya anak zaman sekarang sukanya main HP. Ditambah kondisi HP ternyata masih dalam posisi silent, otomatis makin tidak sadar saya atas panggilan itu.
Saat sadar, saya pun langsung telpon Ibu Wakasek.
“Halo Assalamu’alaikum, ini Pak Asep ya, masih inget dengan saya nggak?” Begitu kurang lebih Ibu Wakasek menyapa saya. Keramahannya membuat beliau langsung menyala lebih dulu. Padahal saya yang menelpon mau minta maaf.
“Wa’alaikumsalaam W.W. Iya tentu Ibu, apa kabarnya ni?” Balas saya.
“Alhamdulillaah baik. Begini Pak Asep, terkait rencana yang kemarin kita mundurkan waktunya itu, untuk nonton film 3D edukasinya kan masih belum bisa kita laksanakan. Tapi mengingat pembelajaran di rumah ini, bisa nggak Bapak berbagi pengalamannya ke kami, terkait metode pembelajaran online itu. Sebagai model tambahan dari yang biasa kami lakukan sebelumnya ?”
“Oh iya Bu, dengan senang hati. Kapan mau diadakannya?
“Besok, saya atau Ibu Kepsek akan menghubungi Bapak.
“Baik Bu”……. Demikian kurang lebih obrolan kami itu.
Saya yang tidak sempat minta maaf di telpon pun. Akhirnya menyampaikan itu via chat di WA.
Besoknya kembali terulang. Ibu Wakasek menghubungi saya kembali. Dan saya baru bisa hubungi balik setelah shalat Jum’at. Beliau sampaikan, jika bersedia saya diundang untuk bertemu Ibu Kepsek besoknya hari Sabtu, bertepatan saat pembagian raport.
Kurang lebih jam 9 saya sudah sampai keesokan harinya. Karena sedang sibuk melayani orang tua murid, saya tunggu beberapa waktu sampai waktunya tepat Ibu Wakasek saya temui.
Dan setelahnya saya diarahkan beliau untuk bertemu Ibu Kepsek, diantar salah satu stafnya.
Saat bertemu Ibu Kepsek, saya masih sendiri. Dan di tengah perkenalan Ibu Wakasek menyusul ikut merencanakan kegiatan itu.
Waktu pertama bertemu pun, Ibu Kepsek masih terlihat sibuk. Tidak enak hati juga saya mengganggu kegiatan beliau. Tapi saat bertemu, beliau dengan ramah menyambut.
Hilang juga keraguan saya.
“Apa kabar Ibu, saya Asep yang mau mengadakan pelatihan online itu,” Kurang lebih begitu awal saya memulai percakapan.
“Alhamdulillaah baik. Oh iya, bagaimana? Apa yang bisa kita kerjakan dengan rencana itu?
“………” Saya panjang lebar menjelaskan, seperti diuraikan di awal.
“Oh iya Pak Asep. Itu kegiatan pembelajaran onlinenya kan gratis kalau sekalian dengan nonton 3D edukasi itu. Ini karena tidak sekalian 3D, berapa yang harus kami keluarkan budgetnya?
“Iya Bu, sebetulnya saya juga bingung kalau dalam hal itu. Saya belum pernah menghargakan, karena biasanya menggratiskan dan mendapatkan pemasukan dari 3Dnya saja. Kalau terkait ini, saya serahkan ke Ibu saja. Sekiranya bermanfaat silahkan ibu budgetkan sendiri. Tapi kalau tidak juga, nggak apa-apa.
“Baik kalau begitu. Nanti tetap saya budgetkan, jadi kapan kita bisa adakan kegiatannya?
“Kalau saya ikut Ibu saja. Toh saya kan gak banyak kegiatan juga saat pandemi ini.”
“Kalau begitu, bagaimana kalau Senin dan Selasa?”
“Siappp, Bu.”
Demikian kurang lebih pembicaraan kami di hari Sabtu itu.
Dan ini hari Senin, saya pun datang sesuai waktu yang telah ditentukan……
Bersambung.. 🙂