Dunia Kini
Ngeri sepertinya. Jika memandang dunia saat ini. Di Tiongkok virus corona merajalela. Di Jazirah Arab perang antar saudara terus berkecamuk. Pasang surut perang ekonomi pun terus berjalan.
Tak perlu diceritakan bagaimana gentingnya suasana mereka yang mengalami langsung. Bagi mereka mungkin untuk keluar rumah saja dipenuhi ketakutan. Jika bukan karena harus beli makan. Sepertinya mereka akan menahan diri untuk aktifitas yang tidak diperlukan.
Pembahasan dari permasalahan-permasalahan itu terus dilakukan. Oleh negara yang berperan sebagai penonton. Menunggu giliran efek kekacauan itu menghampirinya. Sambil harap-harap cemas agar negara masing-masing bisa selamat. Bisa tetap berdiri dan melanjutkan cerita dan kehidupan.
Tapi, bisakah sebuah negara tentram damai sedangkan di sisi lain dunia kaca-balau? Secara kasat mata mungkin iya. Tapi secara realita itu tak mungkin. Karena sebagian besar sumber daya kehidupan tiap negara berhubungan dengan negara lainnya.
Maka tidak bisa kita berpangku tangan membiarkan kekacauan itu terjadi. Karena suatu saat dampak itu akan kita rasakan juga. Kita tidak bisa ekspor, negara lainpun tidak bisa impor. Padahal perhitungan ekonomi menunjukkan itu berpengaruh besar terhadap keberlangsungan sebuah negara.
Kecuali kalau kita mau kembali seperti semula. Makan cukup dengan apa yang ditumbuhkan oleh tanah saja. Bahkan dengan cara itu pun mungkin kesengsaraan tetap akan menghantui. Karena tak mungkin semua orang bisa memegang cangkul, yang awalnya terbiasa memegang laptop saja.