Kerja atau Usaha?
Orang yang sudah bekerja, ingin jadi pengusaha. Orang yang usaha terus, mau jadi pekerja. Orang yang sudah punya motor, ingin punya mobil. Orang yang sudah punya perusahaan besar, ķaryawan banyak, mau kembali lagi jadi orang biasa. Karena sudah pusing dengan permasalahan usaha, bayar gaji, cicilan, karyawan tak bertanggungjawab dan lain sebagainya.
Miskin harta itu, artinya tidak punya apa-apa. Atau punya tapi tidak banyak. Rumah tak punya, kendaraan tak punya. Tabungan apalagi. Tapi hutang pun tak punya. Karena tak ada yang percaya meminjamkan uangnya. Tak pernah ia dikejar-kejar tagihan atau cicilan.
Kaya harta itu, artinya punya segalanya. Atau punya lebih banyak dari orang pada umumnya. Termasuk hutang pun biasanya lebih banyak. Jika kayanya diraih dengan mendirikan usaha tanpa modal sebelumnya. Bisa juga orang kaya itu, seorang karyawan yang sudah mencapai level tertentu di tempat kerjanya.
Di tiap posisi, orang tentu ada senang dan susahnya. Tak mungkin ia berada pada kondisinya sekarang, tanpa permasalahan apa pun. Sebab jika semua baik-baik saja, bagaimana ia diuji tentang kesabaran? Ketawakalan? Atau ujian-ujian lainnya?
Yang lupa disadari bayak orang biasanya saat ujian itu datang. Serasa dia aja yang paling susah. Melihat orang lain sepertinya senang semua. Apalagi kalau melihat kepada yang lebih darinya. Tak bisa lagi ia menikmati kelebihan-kelebihan yang ada padanya.
Dari itulah level kebersyukuran orang bisa dinilai. Perbandingan antara apa yang dipunyai, dengan yang tidak berhasil dicapai. Dan bagaimana fikiriannya lebih condong pada menerima atau tidak ketentuan Tuhan itu.