Mudahnya Membuat Hati Senang
Memberikan kesenangan pada sesama. Atau memberikan pertolongan pada yang membutuhkan. Itu adalah poinnya.
Suatu malam sekira jam 1 saya dalam perjalanan ke rumah. Udah agak berat juga mata menahan kantuk. Beberapa kendaraan sekali-kali melewati saya, ke arah yang sama. Begitu juga sebaliknya.
Di sebrang rel dekat KFC setelahnya Universitas Pancasila arah Depok, terlihat satu titik hitam bergerak perlahan. Saat saya dekati baru terlihat jelas. Ternyata seorang laki-laki berusia 35 tahunan mendorong motor. Di belakangnya seorang perempuan berjalan mengekor sambil menggendong anaknya. Sudah tidur rupanya.
Motornya nyala, tapi didorong. Berarti kalau bukan karena ban bocor, rantai putus. Begitu saya membatin.
“Ban bocor Pak?” Saya awali percakapan.
“Iya nih Mas, sudah malam gini pada tutup” Jawabnya sambil terengah.
“Dari mana tadi Bapak mendorong?”
“Dari jalan bercabang setelah McD Stasiun Lenteng Agung itu”
Wah jauh juga pikir saya. Pantas saja istrinya pun begitu kelihatan lelah menggendong anaknya yang tertidur.
“Begini Pak, kalau bocor mudah bisa saya stun motornya, kalau bocor begini mending begini saja. Bapak tetap dorong motor, saya di depan Bapak bawa istri dan anaknya, biar ibu gak kecapekan dan anaknya bisa tidur nyenyak. Sampai nanti kita ketemu bengkel ban yang buka. Bagaimana?
“Boleh Mas, makasih” Jawabnya.
Ibu dan anak itu pun naik motor saya. Perlahan motor saya jalankan dan Bapak itu mengikuti di belakang. Kadang sudah terlalu jauh, saya berhenti dulu untuk menunggu Bapak itu mendekat. Kemudian jalan lagi setelahnya.
Di perjalanan saya ngobrol juga dengan istrinya. Ternyata mereka sedang arah Citayam. Jarak yang masih sangat jauh. Pas mau melewati bundaran perbatasan Jakarta-Depok saya bertanya pada warung yang masih buka. Posisi terdekat di mana bengkel berada. Ternyata adanya dekat Kampus BSI.
Sesampainya di sana ternyata bengkelnya sudah tutup. Tapi terlihat lampu masih menyala. Saya berhentikan motor dan naik tangga mendekati bengkel – – Posisi bengkel ada di tanah yang lumayan tinggi.
Saya panggil beberapa kali sampai akhirnya ada yang keluar. Matanya masih terlihat ngantuk.
“Pak maaf menggangu, itu ada motor yang bocor, mereka mau ke arah Citayam, mereka sudah jalan jauh juga mendorong motor, bisa bantu tambal Ban Pak? Tanya saya.
“Oh iya boleh, motornya tunggu di bawah saja, biar saya ke sana” Jawabnya.
“Siappp, makasih Pak” Jawabnya.
Saya turun lagi, ternyata si Bapak belum sampai mendorong motornya. Saya tunggu, dan saat ia sampai bari saya pamit.
Suami istri bercakap sebentar, saat saya putar arah istrinya nyamperin, sambil menydorkan tangan.
“Mas ini buat ganti bensin tadi, sama sebagai ucapan terima kasih”
“Tidak usah Bu, buat nanti ongkos bengkel ban aja” Jawab saya.
Ibu itu tetap memaksa, saya pun tetap menolak. Sambil tersenyum dan ucapkan salam saya tinggalkan mereka.
Mereka pun sudah terlihat tidak lelah lagi. Senyum pun terkembang. Kepastian bengkel sudah ada. Sudah hilang juga kekhawatiran mendorong sampai Citayam.
Saya pun pulang, dengan hati lega. Perasaan itu nyaman sekali. Ada perasaan meluap yang menggetarkan. Beda dengan nikmatnya makan, beda dengan segarnya minum saat kehausan. Sama-sama nikmat. Makan-minum kenikmatan fisik. Dan membuat orang senang ada pada rasa.
Sulitkah melakukan itu?
Saya rasa kita, siapaun yang membaca ini berpendapat sama. Tidak sulit melakukan itu. Tidak ada yang hilang juga dari diri kita.
Tapi perasaan bahagia dari hormon yang dilepaskan itu begitu indahnya. Kecil kelihatannya, bukan materi yang terlihat. Namun Tuhan menaburkan kasih sayangnya melalui hati kita saat itu. Sesuatu yang tak ternilai harganya.
Mari bantu sesama, dengan apa pun yang kita bisa. Dengan materi, tenaga, pikiran dan apa pun yang kita punya, dan bisa dibagi untuk yang membutuhkan.