Ramainya Mesjid Kini
Sudah beberapa waktu saya perhatikan. Ada perubahan suasana Mesjid di mana pun saya ikut berjamaah. Ramai, bershaf-shaf penuh terisi. Entah karena fenomena apa? Mungkin pembaca ada yang mengira, saya pun sekadar itu ada. Walau tak disampaikan di sini.
Bahkan untuk mesjid yang saya posting kali ini. Penuh seperti shalat Jumat. Artinya jamaah sampai meluber keluar. Namanya Mesjid Baitul Ma’muur. Di daerah Radio Dalam, Jakarta. https://maps.app.goo.gl/RMtd87frmH6Q3F6a7
Padahal kalau dulu. Menemukan 1 shaf penuh saja sangat sulit.
Kini, selain orang tua yang sudah biasa berjamaah. Anak muda bahkan anak-anak pun ramai ke mesjid. Walau kebiasaan anak-anak diana-mana hampir sama. Shalat malah dijadikan ajang bercanda.
Entah apa yang dibencandain. Seolah menunjukkan, ini gw lagi shalat bisa ngobrol lho. Khas anak yang masih mencari jatidiri. Ingin dianggap lebih oleh yang lain. Dan temannya pun melakukan hal yang sama. Karena tidak mau dianggap beda. Padahal mereka pun tahu itu adalah hal yang tak pantas.
Tapi sebagai langkah awal mengenal mesjid, itu masih lebih baik. Di banding yang tidak belajar ke Mesjid sama sekali. Mungkin ke depannya perlu ada metode yang dipelajari bersama. Bagaimana menanamkan pentingnya shalat secara baik dan benar kepada anak-anak.
Masalah baik dan benar dalam shalat bukan hanya PR untuk anak-anak. Yang sudah dewasa tak lepas juga dari itu. Hanya jenisnya beda. Orang tua kesulitan ada pada kekhusyu’annya. Dalam hal ini, semua orang pasti mengalaminya.
Saat mencoba shalat khusyu’, segala fikiran pun seolah ikut berjamaah saat itu. Semua muncul menampakkan bayangan. Dari hal kecil sampai yang menjlimet. Shalat berjamaah pun tak mengurangi kesulitan itu. Bisa jadi karena gerakan sudah dilakukan bersama. Seolah mempercayakan imam mau dibawa ke mana saja. Ikut gerakan imam tak khawatir gerakan shalat salah. Sampai selesai sekalipun.
Ditambah ada keyakinan, jika ada 1 jamaah yang berhasil, maka jamaah yang lain ikut berhasil. Alhasil, yang terbiasa fikiran berselancar, makin mengembara ke mana-mana. Tak ingin berlomba menjadi yang terbaik di antara jamaah. Yang penting kewajiban terselesaikan sudah.
Tapi sekali lagi, tentu itu lebih baik. Daripada yang tidak melaksanakannya.