Sebentuk Rasa
Kata ini universal. Sepertinya semua bahasa mengenalnya
Ia yang muncul di kedalaman. Seringkali tergambar di permukaan. Di wajah yang tak pandai bersandiwara. Bisa juga berupa kata berjuta makna.
Hanya saja kebanyakan manusia. Memilikinya untuk diterjemahkan sendiri. Berdasar pada sudut pandang sendiri. Dan hasil olah fikir pribadi. Sehingga akhirnya sering disalahtafsirkan orang lain. Karena yang menafsirkan pun memaknainya dengan sudut pandang sendiri pula. Dan seringkali itu semua berakibat buruk. Bahkan merusak peradaban.
Padahal seandainya sekali saja itu ditukar posisi. Niscaya rasa itu tetap berisi cinta. Bukan murka bukan pula duka. Bagaimana kalau posisi kita ada di posisi orang lain? Kalau kita kaya, bagaimana membayangkan ada di posisi orang miskin? Jika kita sedang bahagia, bagaimana di posisi orang susah? Jika kita sedang menghina orang, bagaimana perasaan di sisi orang yang dihina? Jika kita sedang marah, bagaimana perasaan orang yang sedang dimarahi? Sehingga kalau kita merasa sakit dengan itu, tentunya orang lain pun akan merasakan sama jika diperlakukan hal yang sama.
Dalam wujud kata pun, bolak-balik posisi kata ini akan menghasilkan makna yang berbeda, seperti:
Janganlah merasa pintar, tapi harusnya pintar merasa
Janganlah merasa pandai, seharusnya pandai merasa
Janganlah merasa bisa, tapi sebaiknya bisa merasa