25/03/2025
Ekonomi

Startup Doyan Kasih Diskon

Spread the love

Banyak orang merasa heran.

Kenapa begitu berani startup, apapun jenis bidangnya, memberi diskon besar-besaran ke customer.

Tapi kenyataannya, dan banyak terbukti. Startup-startup besar, yang sekarang meguasai pasar Indonesia. Rata-rata mereka awali dengan promo besar-besaran.

Sebut saja Go-jek, Tokopedia, Traveloka, Bukalapak, dsb. Go-jek kabarnya malah sudah menyandang status decacorn. Unicorn untuk sisanya.

Bagi sebagian besar orang, tentu hal itu kurang masuk itungan. Apa perusahaan itu gak takut rugi?. Yang kasih diskon dikit aja bisa merugi. Lha ini kayak bakar duit, begitu istilah kasarnya.

Tentunya hal itu sudah terpikirkan. Oleh mereka nahoda perusahaan. Untuk menjawabnya, banyak yang mencoba analisa. Yang di bawah ini bisa jadi menggambarkan faktanya.

Selain modal awal yang cukup. Survey pasar, team manajemen, dukungan pemerintah, faktor eksternal dan kondisi-kondisi lain. Yang tentunya turut berperan besar dalam masa tumbuh kembang perusahaan itu.

Satu hal yang mungkin jadi kunci jawaban. Adalah terkait investor.

Pada awal berdirinya, tentu pemilik ide bekerja ekstra keras mencari penyandang dana. Kalau mereka para pendiri tidak cukup memilikinya. Sharing ide, dari satu sumber ke sumber lain. Dibaliknya, resiko pencurian ide yang terus mengintai.

Setelah dana awal dirasa cukup. Ide-ide awal pun mereka jalankan. Setelah penetrasi pasar, tentu dianalisa perkembangan bisnisnya. Saat itu, team marketing menjalankan aksinya. Promo dan diskon-diskon sudah mulai disebar.

Bisnis pun mulai berkembang. Kemudian ditawarkan lagi pendanaan seri kedua. Yang tentunya lebih besar dari yang pertama.

Bisa jadi yang pertama menjual saham, dan dibeli dengan harga tinggi oleh investor ke-2. Atau investor pertama tetap ada, ditambah dengan investor ke-2. Atau bisa saja investor pertama yang menambah porsi pendanannya.

Proses itu berlanjut terus. Investor tahap 3 membeli atau menambah dengan pendanaan yang lebih besar. Tahap 4, 5 dan seterusnya. Dalam masa itu, sepertinya keuntungan masih dinomorsekiankan. Yang penting menguasai pasar. Brand sudah melekat di masyarakat.

Ada yang bilang proses itu, atau masa tanpa keuntungan itu. Bisa sampai 10 tahun, atau lebih.

Nah nanti pada masanya. Setelah dirasa sudah stabil, faktor-faktor pendukung sudah siap. Masyarakat sudah ketagihan dengan ekosistemnya. Diskon-diskon pun berguguran. Harga pun dinaikan

Keuntungan sudah dalam genggaman.

(Visited 43 times, 1 visits today)
Asep Ma'mun Muhaemin

Asep Ma'mun Muhaemin

Saya membuat situs jurnalismewarga.net ini dengan 1 visi 1 misi : Persatuan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *