27/07/2024
DiaryImtakInspirasi

Apa yang Kamu Cari di Dunia?

Spread the love

Orang mengajarkan kebenaran itu sudah banyak. Tapi apakah semua sudah bersatu menghasilkan kebaikan untuk seluruh umat manusia?

Ada, banyak sekali orang berjalan pada jalur kebenaran. Hanya saja, kenapa sekian banyak dari orang-orang baik ini tak juga menghasilkan kebahagiaan bersama?

Ada yang sudah merasa bahagia, tapi cukup untuk dirinya. Ada juga yang coba berbagi bahagia dengan sesama, walau tak bisa banyak yang bisa dijangkaunya.

Yang aneh, ada juga yang sudah berkecukupan, tapi menghalangi yang lainnya. Atau bahkan menghalangi orang lain berbagi kebahagiaan, karena berpotensi menghalangi kebahagiaannya.

Itulah kondisi saat ini. Saat ada orang yang sudah merasa benar, namun menyalahkan kebenaran yang lain. Sehingga, kebenaran versi dirinya dianggap yang paling benar.

Dan di luar kebenaran dirinya, akan dianggap tidak benar. Bahkan berusaha dihancurkan. Padahal itu pun adalah kebenaran dalam mewujudkan kehidupan.

Untuk yang bependapat seperti itu, mungkin perlu ditanya: Apakah tangan kanan benar posisinya bagi tubuh? Demikian juga tangan kiri? Bagaimana dengan jantung, otak, mata, kaki dan lain sebagainya?

Pernahkah masing-masing anggota tubuh itu merasa paling benar? Tentu jawaban yang tepat adalah: masing-masing sesuai dengan kesempurnaan Tuhan dalam menciptakan, dan membagi fungsi dan peranannya, sesuai apa yang dibutuhkan tubuh untuk kesempurnaan sistem kehidupannya.

Di sisi dunia lain, ada juga yang merasa, bahwa bencana adalah hukuman bagi orang lain yang terkena. Padahal, bisa saja yang merasa pun adala target alam untuk bencana berikutnya. Sesuai dengan takdirNYA.

Pernahkah melihat orang yang kita anggap baik, bermanfaat dalam kehidupan, dan ia meninggal duluan? Dengan berbagai cara Tuhan memanggilnya?

Maka akan tidak pantas kita menilai musibah atas orang lain sebagai hukuman. Yang tahu kebenaran apakah itu hukuman atau peringatan, tentu hanyalah Tuhan. Jangan-jangan kita pandai menilai hanya dari yang dilihat saja. Bukan hakikat sebenarnya.

Tulisan ini adalah pelajaran hidup bagi penulis sendiri. Jika itu baik juga bagi pembaca. Maka mari kita satukan kebenaran-kebaikan kita. Agar benar dan baik dalam posisi dan perannya masing-masing.

Sehingga kita bisa mengolah alam ini seperti layaknya tubuh kita bekerja. Itulah tugas kekhalifahan kita di dunia. Menjaga dan menjadikan alam ini sebagai ladang kita beribadah kepadaNYA. Dengan lillaah sebagai kunci utamanya.

Lillaah ini adalah kesadaran “cara” pertama yang kuterima. Mungkin beda dengan petunjuk yang kamu terima. Sebenarnya itu bukan keterangan baru yang diajarkan pada manusia. Hanya saja dari situlah awal jalan-jalan lain ditunjukkan padaku dalam kehidupan nyata.

Jika tak ada yang mau diajak bersama mempersatukan semua petunjuk itu. Biar aku berjalan mewujudkan dan membentuk komunitas sendiri, kalau kalian datang belakangan janganlah menyesal di akhir nanti.

Aku akan berjuang supaya “lillaah” bisa mendarah daging dalam kehidupan setiap hamba. Atau jika semua tak sepakat, kita bisa berbagi kebahagiaan buat semua dengan konsensus melalui sistem Saraf Dunia.

Sehingga konsep Surga Dunia itu bisa kita wujudkan bersama. Baru kemudian Ma’rifatullaah Jiwa-jiwa Sedunia sebagai tujuan selanjutnya.

Lantas adakah yang berikutnya? Bagiku ada. Jika semua yang disebutkan di atas, sudah bisa diwujudkan dalam kehidupan kita.

Kehidupan itu akan terus berlanjut, walau suatu saat dunia yang kita kenal, mungkin tidak nampak seperti ini adanya.

Atau bahkan paling ujung, kita menyadarinya sebagai kehidupan akhirat, yang sudah dijelaskan dalam kitab suci pada masing-masing kepercayaan dan agama.

(Visited 98 times, 1 visits today)
Asep Ma'mun Muhaemin

Asep Ma'mun Muhaemin

Saya membuat situs jurnalismewarga.net ini dengan 1 visi 1 misi : Persatuan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *