19/02/2025
DiaryEkonomi

Tergoda Kenikmatan

Spread the love

Aku lalai lagi hari ini. Dari mencontoh yang sudah disunahkan Rasululullah. Yaitu berhenti makan sebelum kenyang.

Penyebabnya adalah istriku sendiri. Bukan sebuah dosa yang ia kerjakan. Bahkan sebuah kebaikan. Menyenangkan hati suaminya. Dengan pandai memasak yang menggugah selera. Kelalaian itu aku sendiri yang buat. Tak bisa berhenti makan saat nikmatnya menyantap masakannya.

Entah itu sebuah hobi. Atau memang sudah bawaan lahir. Tapi menurut keluarganya sendiri. Saat masih gadis dulu istrku ini jarang masak. Hanya sekadar membantu ibunya (almarhumah) saja. Saat ibu mertuaku itu menyiapkan makanan orang-orang yang selesai rapat. Karyawan dari Udak yang aku ceritakan di artikel sebelumnya. Ibu mertuaku memang dikenal kepandaian masaknya.

Kemungkinan DNA memasaknya itu memang mengalir ke istriku. Insting memasaknya makin terasah seiring pernikahan kami yang sebentar lagi menginjak 7 Tahun. Dari awal nikah dulu pun keahliannya ini telah membiusku. Saat masih bekerja dulu, setiapkali aku berangkat kerja selalu disiapkannya sepaket nasi dan lauk pauk. Untuk makan siangku. Ia persiapkan itu semua setelah shalat subuh.

Kini setelah aku sudah tidak bekerja pun. Dan lebih banyak waktu tersedia di rumah. Untuk mengelola usahaku dan sampingan-sampinganya. Tentu lebih banyak lagi hasil olah masaknya yang ikut kurasakan. Rasanya tak ada bosan untuk itu.

Hemat, cermat dan nikmat. Itu mungkin yang dirasakan keluargaku di saat waktunya makan. Di luar sana keluarga yang rizkinya berlimpah. Dan tak sempat masak. Pergi ke warung makan atau restoran untuk kebutuhan pangannya. 1 porsi ayam 20.000. Dikali sekian anggota keluarga.

Di rumah, istriku dengan modal 20.000 sudah bisa beli ayam dan bumbunya untuk makan sekeluarga. Di tambah kenikmatan kebersamaannya. Dengan lauk yang masih hangat. Ditambah kehangatan kasih sayangnya juga.

(Visited 72 times, 1 visits today)
Asep Ma'mun Muhaemin

Asep Ma'mun Muhaemin

Saya membuat situs jurnalismewarga.net ini dengan 1 visi 1 misi : Persatuan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *